KUMPULAN TOKOH PENDIDIKAN DAN TEORINYA
KUMPULAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN
|
1
|
|
Nama Teori
|
Teori
Koneksionisme (stimulus-respon)
|
|
Nama
Tokoh
|
Edward Lee Thorndike
|
|
Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons.
Menurutnya, dasar
belajar adalah asosiasi antara stimulus (S) dengan respons (R). Stimulus akan
memberi kesan ke-pada pancaindra, sedangkan respons akan mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut Connection.
Prinsip itulah yang kemudian disebut sebagai teori Connectionism.
|
||
Penjelasan/Tanggapan
|
||
Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah menghadapkan
subjek pada situasi yang mengandung problem. Model eksperimen yang
ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan kucing sebagai objek
penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar dimasukkan ke dalam kandang yang
dibuat sedemikian rupa, dengan model pintu yang dihubungkan dengan tali.
Pintu tersebut akan terbuka jika tali tersentuh/tertarik. Di luar kandang
diletakkan makanan untuk merangsang kucing agar bergerak ke-luar. Pada
awalnya, reaksi kucing menunjukkan sikap yang tidak terarah, seperti meloncat
yang tidak menentu, hingga akhirnya suatu saat gerakan kucing menyentuh tali
yang menyebabkan pintu terbuka.
Setelah percobaan itu diulang-ulang, ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang menjadi semakin efisien. Itu berarti, kucing dapat memilih atau menyeleksi antara respons yang berguna dan yang tidak. Respons yang berhasil untuk membuka pintu, yaitu menyentuh tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respons lainnya dilupakan. Eksperimen itu menunjukkan adanya hubungan kuat antara stimulus dan respons. Thorndike merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 34-36), sebagai berikut: 1. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
2. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
3. Hukum Akibat (The Law of Effect)
|
||
KUMPULAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN
|
2
|
|
Nama
Teori
|
Teori Classical Conditionins
|
|
Nama
Tokoh
|
Ivan Petrovich Pavlov
|
|
Teorinya adalah tentang conditioned reflects. Pavlov
meletakkan dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai
penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar.
Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:
1.
Belajar adalah pembentukan kebiasaan
dengan cara menghubungkan/ mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang
lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
2.
Proses belajar terjadi apabila ada
interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3.
Belajar adalah membuat
perubahan-perubahan pada organisme/individu.
4.
Setiap perangsang akan menimbulkan
aktivitas otak.
5.
Semua aktivitas susunan saraf pusat
diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
|
||
Penjelasan/Tanggapan
|
||
Pavlov mengadakan penelitian secara intensif mengenai
kelenjar ludah. Penelitian yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai
objeknya. Anjing diberi stimulus dengan makanan dan isyarat bunyi, dengan
asumsi bahwa suatu ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan
kebiasaan.
Ketika akan makan, anjing mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu diulang berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan. |
||
KUMPULAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN
|
3
|
|
Nama
Teori
|
Teori Operant Conditionins
|
|
Nama
Tokoh
|
Burhus Frederic Skinner
|
|
Setelah melakukan eksperimen berulang-ulang, Skinner
berkesimpulan bahwa mula-mula dalam
jangka pendek, baik hukuman maupun hadiah, mempunyai efek mengubah dan
menaikkan tingkah laku yang dikehendaki. Namun dalam jangka panjang, hadiah
tetap berefek menaikkan, sedangkan hukuman justru tidak berfungsi. Artinya,
antara hadiah dan hukuman tidak simetris.
|
||
Penjelasan/Tanggapan
|
||
la membedakan tingkah laku responden, yaitu tingkah laku
yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas. Misalnya, kucing lari ke sana
kemari karena melihat daging. Operant Behavior adalah tingkah laku yang
ditimbulkan oleh stimulus yang belum diketahui, namun semata-mata ditimbulkan
oleh organisme itu sendiri, dan belum tentu dikehendaki oleh stimulus dari
luar. Misalnya, kucing lari ke sana kemari karena kucing itu lapar, bukan
karena melihat daging (Sri Rumini, 1993: 75-76). Sesuai dengan dua tingkah
laku tersebut, ada dua macam kondisi, yaitu: Pertama, Respont Conditioning.
Kondisi ini disebut sebagai tipe S, karena menitikberatkan pada stimulus. Hal
ini sama dengan kondisi yang dikemuka¬kan oleh Pavlov.
Kedua, Operant Conditioning. Kondisi ini disebut sebagai tipe R, karena menitikberatkan pada pentingnya respons. Menurut Skinner, ada dua prinsip umum dalam kondisi ini, yaitu:
Setiap respons yang diikuti stimulus
yang memperkuat reward (ganjaran), akan cenderung diulangi.
Stimulus yang memperkuat reward akan
meningkatkan kecepatan terjadinya respons operant. Dengan kata lain, reward
akan mengakibatkan diulanginya suatu respons.
|
||
KUMPULAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN
|
4
|
|
Nama
Teori
|
Teori Gestalt
|
|
Nama
Tokoh
|
Max Wertheimer
|
|
Belajar adalah memberikan problem kepada subyek belajar
untuk dipecahkan dengan meninjaunya dari berbagai macam segi.
|
||
Penjelasan
|
||
Gestalt berasumsi, bila suatu organisasi dihadapkan pada
suatu problem, kedudukan kognisi tidak seimbang sampai problem itu
terpecahkan. Kognisi yang tidak seimbang mendorong organisme untuk mencari
keseimbangan sistem mental. Menurut gestalt, problem merupakan stimulus
sampai didapat suatu pemecahannya. Organisme atau individu akan selalu
berpikir tentang suatu bahan agar dapat memecahkan masalah yang dihadapinya
sebagai bentuk respons dari stimulus yang berupa masalah tadi.
Penerapan teori gestalt tampak pada kurikulum yang sekarang
digunakan di dunia pendidikan. Teori Gestalt dengan metode globalnya
berpengaruh dalam metode membaca dan menulis. Metode yang resmi digunakan
dengan mengacu teori ini dikenal dengan istilah S.A.S (Struktural, Analitis,
dan Sintesis). Metode ini dirintis oleh Dr. Ovide De Croly. Proses
mengajarnya adalah sebagai berikut:
a. Pada permulaan sekali, anak dihadapkan
pada cerita pendek yang telah dikenal anak dalam kehidupan keluarga. Cerita
ini jelas merupakan satu kesatuan yang telah dikenal anak. Karena itu, dengan
mudah anak akan segera dapat membaca seluruhnya dengan menghafal. Biarkan
murid membaca sambil menunjuk kalimat yang tidak cocok dengan yang diucapkan.
b. Menguraikan cerita pendek tersebut
menjadi kalimat-kalimat. Pendidik secara alamiah menunjukkan bahwa cerita
pendek itu terdiri dari kalimat-kalimat. Antarkalimat diberi warna yang
berbeda, dan antarkalimat diberi jarak yang cukup renggang.
c.
Memisahkan kalimat-kalimat menjadi
kata-kata. Tiap kata ditulis dengan warna yang berbeda, terpisah, dan ditulis
agak berjauhan. Susunan tiap kata ditulis semakin menurun dan dibaca pelan-pelan
sambil menunjuk tiap kata. Memisahkan kata menjadi suku kata.Memisahkan suku
kata menjadi huruf, dan tiap hurufnya ditulis dengan warna yang berbeda.
d. Setelah mengenal huruf, peserta didik
diajarkan menyusun suku kata; suku kata menjadi; dan kata menjadi kalimat.
Kebaikan metode ini adalah peserta didik bisa belajar
secara alamiah, sesuai dengan prinsip persepsi gestalt. Pelajaran itu
menarik, tidak menjemukan, karena dimulai dengan cerita dan kalimat-kalimat
yang mengandung arti. Metode ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
tidak mengganggu, serta tergantung pada proses persepsinya masing-masing.
Peserta didik membaca dengan memahami isinya dan akhirnya murid lebih cepat
menguasai pembacaan yang sebenarnya.
|
||
KUMPULAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN
|
5
|
|
Nama
Teori
|
Teori
Medan (Field Theory)
|
|
Nama
Tokoh
|
Kurt
Lewin
|
|
Teori medan memandang bahwa tingkah laku dan atau proses
kognitif adalah suatu fungsi dari banyak variabel yang muncul secara simultan
(serempak). Perubahan pada diri seseorang bisa mengubah basil keseluruhan.
|
||
Penjelasan/Tanggapan
|
||
Kurt Lewin (1890-1947) menjelaskan bahwa tingkah laku
manusia dalam suatu waktu ditentukan oleh keseluruhan jumlah fakta psikologis
yang dialami dalam waktu tersebut. Menurutnya, fakta psikologis itu merupakan
sesuatu yang berpengaruh pada tingkah laku, termasuk marah, ingatan kejadian
masa lampau, dan lain-lain. Semua fakta itu menjadi ruang lingkup kehidupan
seseorang. Beberapa fakta psikologis akan memberi pengaruh positif atau
negatif pada tingkah laku seseorang. Keseluruhan gejala itulah yang akan
menentukan tingkah laku seseorang dalam suatu waktu. Tetapi, hanya pengalaman
yang disadarinya yang akan memberi pengaruh. Perubahan pada fakta psikologis
akan menyusun kembali seluruh ruang kehidupan. Jadi, tingkah laku merupakan
perubahan-perubahan kontinu dan dinamis. Manusia berada dan berkembang dalam
suatu pengaruh perubahan-perubahan medan yang kontinu. Itulah yang dimaksud
dengan teori medan dalam psikologi (Sri Rumini, 1993: 100-101).
Teori medan merupakan perkembangan dari teori gestalt.
Berikut penerapan teori medan dalam proses belajar-mengajar.
1.
Belajar adalah perubahan struktur
kognitif (pengetahuan)
Orang belajar akan bertambah pengetahuannya, yang berarti tahu lebih banyak daripada sebelum belajar. Tahu lebih banyak berarti ruang lingkupnya bertambah luas dan semakin terdiferensikan. Itu semua berarti seseorang akan banyak memiliki fakta yang saling berhubungan.
2. Peranan hadiah dan hukuman. Hadiah dan
hukuman merupakan sarana motivasi yang efektif. Tetapi dalam penggunaannya
memerlukan pengawasan. Nilai yang baik bagi peserta didik pada umumnya
merupakan sesuatu hal yang diinginkan (hadiah). Tetapi, tugas-tugas dalam
belajar untuk mencapai nilai tersebut pada umumnya dianggap sebagai hukuman yang
membebani dan kurang menarik.
3. Masalah sukses dan gagal. Kurt Lewin
lebih setuju penggunaan istilah sukses dan gagal dibanding hadiah dan
hukuman. Karena, apabila tujuan yang akan dicapai bersifat intrinsik, kita
akan lebih tepat mengatakan bahwa suatu tujuan berhasil atau gagal dicapai
daripada mengatakan bahwa suatu tujuan mengandung hadiah dan hukuman.
Pengalaman sukses dapat diperoleh melalui beberapa hal:
1) Pengalaman sukses dialami bila
seseorang benar-benar mendapatkan apa yang diinginkannya. Misalnya, seseorang
yang ingin lulus dalam suatu program tertentu, kemudian ternyata memang
lulus.
2) Pengalaman sukses juga dialami bila
sese¬orang sudah berada di dalam daerah tujuan yang ingin dicapai. Misalnya,
orang dikatakan lulus dalam suatu program bila tinggal mengulang beberapa
mata kuliah saja.
3)
Pengalaman sukses juga dialami kalau
orang telah membuat suatu kemajuan ke arah tujuan yang akan dicapai.
Misalnya, orang merasa berhasil kalau telah mempersiapkan diri dengan baik
dalam menghadapi ujian.
4) Pengalaman sukses juga dialami kalau
orang telah berbuat dengan cara yang oleh masyarakat dianggap sebagai cara
untuk mencapai tujuan. Misalnya, seseorang merasa suk¬ses bila pada waktu
ujian keluar paling awal.
Pengalaman sukses atau gagal bersifat individual. Kejadian yang sama mungkin dialami sebagai sukses bagi seseorang, tetapi mungkin tidak demikian bagi orang lain. Contoh, anak yang duduk di kelas I SD tidak bisa menghitung 25 X 25 adalah wajar. Tetapi jika peserta didik tidak bisa, ia akan dianggap gagal.
5)
Taraf Aspirasi. Pengalaman sukses dan
gagal bersangkutan dengan taraf aspirasi seseorang. Untuk itu, dalam mencapai
sesuatu, setiap orang perlu merumuskan tujuan meskipun masih bersifat
sementara, sehingga ketika ia berada di daerah tujuan sementara tersebut, ia
akan merasa berhasil.
6) Pengulangan
dapat menimbulkan kejenuhan psikologis. Sebagai penerus dan penyempurna
aliran gestalt, Kurt Lewin berpendapat bahwa yang diperoleh pertama pada saat
belajar adalah pencerahan (insight), sedangkan pengulangan memiliki kedudukan
sekunder. Memang untuk mencapai pencerahan memerlukan pengulangan, tetapi
kuantitas pengulangan bukan yang menentukan insight. Justru ulangan yang
terlalu banyak akan menimbulkan kejenuhan psikologis, yang mengakibatkan
terjadinya diferensiasi (kekaburan). Itu berarti menambah jauhnya belajar
dari pemecahan masalah.
|
||
KUMPULAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN
|
6
|
|
Nama
Teori
|
Teori Humanistik
|
|
Nama
Tokoh
|
Arthur Combs, Abraham H. Maslow, dan Carl R. Rogers
|
|
Arthur Combs, seorang humanis, berpendapat bahwa perilaku
batiniah, seperti perasaan, persepsi, keyakinan, dan maksud, menyebabkan
seseorang berbeda dengan orang lain. Untuk memahami orang lain, kita harus
melihat dunia orang lain seperti ia merasa dan berpikir tentang dirinya.
Abraham H. Maslow dikenal sebagai salah satu tokoh
psikologi humanistik. Karyanya di bidang ini berpengaruh dalam upaya memahami
motivasi manusia. la menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan
positif untuk tumbuh sekaligus ke-kuatan yang menghambat.
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanis yang
gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek pendidikan. la
menyarankan adanya suatu pendekatan yang berupaya menjadikan belajar dan
mengajar lebih manusiawi
|
||
Penjelasan
|
||
Arthur Combs, Abraham H. Maslow, dan Carl R. Rogers adalah
tiga tokoh utama dalam teori belajar humanistik. Berikut uraian pandangan
mereka.
Arthur Combs, seorang humanis, berpendapat bahwa perilaku batiniah, seperti perasaan, persepsi, keyakinan, dan maksud, menyebabkan seseorang berbeda dengan orang lain. Untuk memahami orang lain, kita harus melihat dunia orang lain seperti ia merasa dan berpikir tentang dirinya.
Pendidik dapat memahami perilaku peserta didik jika ia
mengetahui bagaimana peserta didik memersepsikan perbuatannya pada suatu
situasi. Apa yang kelihatannya aneh bagi kita, mungkin saja ti¬dak aneh bagi
orang lain.
Dalam proses pembelajaran, menurut para ahli psikologi
humanistis, jika peserta didik memperoleh informasi baru, informasi itu
dipersonalisasikan ke dalam dirinya. Sangatlah keliru jika pendidik
beranggapan bahwa peserta didik akan mudah belajar kalau bahan ajar disusun
rapi dan disampaikan dengan baik, karena peserta didik sendirilah yang
menyerap dan mencerna pelajaran itu. Yang menjadi masalah dalam mengajar
bukanlah bagaimana bahan ajar itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu
peserta didik memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan ajar itu.
Apabila peserta didik dapat mengaitkan bahan ajar dengan kehidupannya,
pendidik boleh berbesar hati karena misinya telah berhasil.
Abraham H. Maslow dikenal sebagai salah satu tokoh
psikologi humanistik. Karyanya di bidang ini berpengaruh dalam upaya memahami
motivasi manusia. la menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan
positif untuk tumbuh sekaligus ke-kuatan yang menghambat.
Suwardi (2005: 54), mengutip pendapat Maslow, mengatakan
bahwa ada beberapa kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia yang
siratnya hierarkis. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari kebutuhan terendah,
selanjutnya meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi.
Kebutuhan tersebut adalah:
a.
Kebutuhan jasmaniah
b.
Kebutuhan keamanan
c.
Kebutuhan kasih sayang
d.
Kebutuhan harga diri
e.
Kebutuhan aktualisasi diri
Menurut ahli teori ini, hierarki kebutuhan manusia tersebut
mempunyai implikasi penting bagi individu peserta didik. Oleh karenanya,
pendidik harus memerhatikan kebutuhan peserta didik sewaktu beraktivitas di
dalam kelas. Seorang pendidik dituntut memahami kondisi tertentu, misalnya,
ada peserta didik tertentu yang sering tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya,
atau ada yang berbuat gaduh, atau ada yang tidak minat belajar. Menurut
Maslow, minat atau motivasi untuk belajar tidak dapat berkembang jika
kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi. Peserta didik yang datang ke sekolah
tanpa persiapan, atau tidak dapat tidur nyenyak, atau membawa persoalan
pribadi, cemas atau takut, akan memiliki daya motivasi yang tidak optimal,
sebab persoalan-persoalan yang dibawanya akan mengganggu kon¬disi ideal yang dia
butuhkan.
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanis yang
gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek pendidikan. la
menyarankan adanya suatu pendekatan yang berupaya menjadikan belajar dan
mengajar lebih manusiawi. Menurut Sri Rumini (1993: 110-112), gagasan itu
adalah:
a.
Hasrat untuk belajar
Menurut
Rogers, manusia mempunyai hasrat untuk belajar. Hal itu mudah dibuktikan.
Perhatikan saja, betapa ingin tahunya anak kalau sedang mengeksplorasi
lingkungannya. Dorongan ingin tahu dan belajar merupakan asumsi dasar
pendidikan humanistis. Di dalam kelas yang humanistis, peserta didik diberi
kebebasan dan kesempatan untuk memuaskan dorongan ingin tahu dan minatnya
terhadap sesuatu yang menurutnya bisa memuaskan kebutuhannya. Orientasi ini
bertentangan dengan gaya lama, di mana seorang pendidik atau kurikulum
mendominasi peta proses pembelajaran.
b.
Belajar yang berarti
Prinsip
ini menuntut adanya relevansi antara bahan ajar dengan kebutuhan yang
diinginkan peserta didik. Anak akan belajar jika ada hal yang berarti
baginya. Misalnya, anak cepat belajar menghitung uang receh karena uang
tersebut dapat digunakan untuk membeli barang kesukaannya.
c.
Belajar tanpa ancaman
Belajar
mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung
dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar ketika peserta didik dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru, atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat
kecaman yang menyinggung perasaannya. Jika kenyamanan sudah dia dapatkan,
pembelajaran pun akan menjadi kondusif. Anak tidak merasa tertekan dan
pendidik dianggapnya sebagai fasilitator yang menyenangkan.
d.
Belajar atas inisiatif sendiri
Bagi
para humanis, belajar akan sangat bermakna ketika dilakukan atas inisiatif
sendiri. Peserta didik akan mampu memilih arah belajarnya sendiri, sehingga
memiliki kesempatan untuk menimbang dan membuat keputusan serta menentukan
pilihan dan introspeksi diri. Dia akan bergantung pada dirinya sendiri,
sehingga kepercayaan dirinya menjadi lebih baik.
e. Belajar dan perubahan
Prinsip
terakhir yang dikemukakan Rogers adalah bahwa belajar paling bermanfaat
adalah belajar tentang proses belajar. Menurutnya, di waktu lampau peserta
didik belajar mengenal fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis, dan apa
yang didapat di sekolah dirasa sudah cukup untuk kebutuhan saat itu. Tetapi
sekarang, tuntutan mengubah pola pikir yang datang setiap waktu. Apa yang
dipelajari di masa lalu tidak dapat mudah dijadikan pegangan untuk mencapai
sukses di masa sekarang ini. Apa yang dibutuhkan sekarang adalah orang-orang
yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan terus akan berubah.
Aliran dan teori pendidikan ini menjadi warna yang dominan di dunia pendidikan. Meski tidak dianut seluruhnya, minimal ada aliran yang diikuti dan teori yang digunakan sebagai upaya pengembangan pendidikan. |
||
KUMPULAN
TEORI-TEORI PENDIDIKAN
|
7
|
|
Nama
Teori
|
Teori
Tut Wuri Handayani
|
|
Nama
Tokoh
|
Ki Hajar Dewantara
|
|
Tut
wuri handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya:
1.
tut
wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan
arahan),
2.
ing
madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan
3.
ing
ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau
contoh tindakan baik).
|
||
Penjelasan/Tanggapan
|
||
Pahlawan dan sebagai Pendidik asli Indonesia,Ki Hajar
Dewantara melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya
manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia
seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang
terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan
perkembangan sebagai manusia.
Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada
aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari
masyarakatnya. Para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam
kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi
pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa
dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama
adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai
fasilitator atau pengajar.
Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara sendiri memiliki
makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik
atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang
keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan
manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang
merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita
juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.
Daftar Pustaka:
|
2 comments
Tidakkah kita mengkritisi, misalnya mengenai Ivan Pavlov, bahwa teori yang diketemukannya adalah mengenai ANJING bukan mengenai MANUSIA. Kecuali kita menganggap bahwa faktor "kebetulan sama" ini dikarenakan teori bahwa dulunya, manusia dan anjing berasal dari satu nenek moyang yang berevolusi.
Tidakkah kita menyelidik, bagaimana latar belakang kehidupan tokoh-tokoh ini? Bagaimana keluarganya? Apakah dia berhasil dalam membina keluarga dengan teorinya sendiri? Sebab, bagaimana mungkin kita mengikuti sebuah teori yang DIANGGAP BENAR tanpa mengetahui BUKTINYA.
Jadi, sebelum mengutip teori mereka dan menjadikannya landasan, periksalah dulu kehidupan pribadi sang tokoh.
Setiap tokoh memiliki konteksnya masing-masing dan menjadi sejarah dalam perkembangannya.
salam literasi.
Berkomentarlah dengan Bahasa yang Relevan dan Sopan.. #ThinkHIGH! ^_^